Model Kerangka Konseptual Untuk Mengukur Relevansi Pendidikan Desain Indonesia Pada Era Hiperglobalisasi

Studi Kasus: Program Studi Desain, Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Teknologi Bandung

Authors

  • Kinanti Kawuryan Darmastuti Institut Teknologi Bandung
  • Imam Santosa Institut Teknologi Bandung

DOI:

https://doi.org/10.33197/visualideas.vol3.iss2.2023.1190

Keywords:

pendidikan desain, hiper-globalisasi, relevansi, model konseptual, keterkinian pengetahuan

Abstract

Koneksi antara ekonomi dan budaya di seluruh dunia telah berkembang dengan cepat dan mengalami perubahan yang pesat sejak dimulainya globalisasi dalam skala besar pada tahun 1820, hampir 100 tahun sebelum kurikulum Bauhaus – yang memengaruhi pendidikan desain internasional – diperkenalkan pertama kali. Dengan munculnya hiper-globalisasi, desain telah mengalami banyak perubahan akibat munculnya masalah-masalah yang semakin kompleks seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang luas, komunikasi manusia yang canggih, dan gangguan teknologi. Namun, pendidikan desain saat ini masih secara tradisional mengadopsi model pembelajaran Bauhaus yang berusia 100 tahun dengan sedikit modifikasi dan penyesuaian, terutama di Indonesia. Studi ini mengusulkan model konseptual alternatif untuk mengukur relevansi pendidikan desain di era hiper-globalisasi dengan tujuan membentuk pemahaman mendalam tentang seluruh sistem pendidikan desain dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi di era hiper-globalisasi. Dalam penelitian ini, keterkinian pengetahuan diidentifikasi sebagai indikator penting untuk mengevaluasi relevansi pendidikan desain dengan kebutuhan industri di era hiper-globalisasi. Dengan demikian, relevansi sistem pendidikan desain dapat diukur dari sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh lulusan desain sesuai dengan perkembangan ekonomi, teknologi, dan komunikasi pada masanya. Semakin mutakhir pengetahuan yang dimiliki lulusan desain, semakin efektif penerapannya dalam dunia industri.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Anderson, T. D. (2005). Relevance assessment as an everyday experience. Proceedings of the American Society for Information Science and Technology, 42(1).

Behind the Globalization Process., 31 Dokumen Kurikulum Program Studi

Biesta, G. (2004). "Mind the Gap!" Communication and the Educa tional Relation. Counterpoints, 259, 11-22.

Checkland, P., & Poulter, J. (2020). Soft systems methodology. In Systems Approaches to Making Change: A Practical Guide (pp. 201- 253). Springer, London.

Davut, A. T. E. ?. (2008).

Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk. Data diakses melalui https://ditdik.itb. ac.id / pada 7 mei 2020.

Failures [powerpoint presentation]. Dilansir melalui https://www.acade mia.edu/40519668/Friedman_2019_Design_Education_Today_Cha llenges_Opportunities_Failures

Friedman, K. (2019). Design Education Today: Challenges, Opportunities,

INDUSTRIAL REVOLUTION: Impetus

Inoue, T. (2020). Hyper-Globalization and the Critical Role of PR - Tue., Oct. 16, 2018. Diakses melalui https://www.odwyerpr.com/story/public/11458/2018-10-16/hyper-globalization-critical- role-pr.html pada tanggal 5 mei 2020.

Iswahyudi (2003): Paradigma Pendidikan Desain di Indonesia, Cakrawala Pendidikan edisi November 2003, Th. XXII, 3, 331 – 353.

Jabareen, Y. (2009). Building a conceptual framework: philosophy, definitions, and procedure. International journal of qualitative methods, 8(4), 49-62.

Kluver, R., & Fu, W. (2004). The cultural globalization index. Foreign Policy, 10.

Kusamitsu, T. (1982). British industriali sation and design 1830-1851: With special reference to printing and figure- weaving in the Lancashire and West Riding textile industries (Doctoral dissertation, University of Sheffield).

Norman D. (2010): Why Design Education Must Change?, www.jnd.org, data diperoleh dari situs internet: http://www.idemployee.id.tue.nl/g.w.m.rauterberg/lecturenotes/DG000%20DRP- R/references/norman-2010.pdf. Diunduh pada tanggal 5 Desember 2019.

Norman, D. (2017): Is Bauhaus Relevant to 21st Century Design?, data diperoleh dari situs internet: https://www.linkedin.com/pulse/bauhaus- relevant-21st-century-design-don-norman/.

O’rourke, K., & Williamson, J.G. (2002). When did globalisation begin. European Review of Economic History. 6 (1): 23–50.

Repko, A. F., Szostak, R., dan Buchberger, M. P. (2017): Introduction to interdisciplinary studies (Second edition), Sage, Los Angeles, 426

Rodrik, D. (2011). The globalization paradox: democracy and the future of the world economy. WW Norton & Company.

Schutz, A. (1970). Reflections on the problem of relevance. Edited, annotated, and with an introd. by Richard M. Zaner. New Haven, CT & London: Yale University Press.

Smyth, D. S.; Checkland, P. B. (1976). "Using a systems approach: the structure of root definitions". Journal of Applied Systems Analysis. 5 (1): 75–83

Three Forces of Hyper-globalization oleh Takashi Inoue, diperoleh melalui situs internet: https://www.odwyerpr.com/story/public/1145 8/2018-10-16/hyper-globalization-critical- role-pr.html. Diakses pada tanggal 3 Mei 2020.

Visi dan Misi FSRD ITB. Data diperoleh melalui https://fsrd.itb.ac.id/profil/ visi-dan- misi/ pada 6 mei 2020.

Widagdo (2011): Desain & Kebudayaan, Penerbit ITB. 275–276.

Downloads

Published

2023-09-30

How to Cite

Darmastuti, K. K., & Santosa, I. (2023). Model Kerangka Konseptual Untuk Mengukur Relevansi Pendidikan Desain Indonesia Pada Era Hiperglobalisasi : Studi Kasus: Program Studi Desain, Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Teknologi Bandung. VISUALIDEAS, 3(2), 107–117. https://doi.org/10.33197/visualideas.vol3.iss2.2023.1190